1 Juli 2019

BELU BERANI TAMPIL



Paradigma lama yang memposisikan kompetisi sebagai media untuk meraih keberhasilan tampaknya sudah tidak kompatibel dan kontekstual dewasa ini. Seringkali kompetisi disatu titik memberikan ruang untuk berlomba-lomba untuk meningkatkan kapasitas diri dan motivasi agar bisa bersaing dengan yang lain. Sementara di sisi lain, kompetisi tak seindah seperti yang dibayangkan, saling sikut dan menggunakan segala cara menjadi fakta yang tak bisa dihindari.
Berbicara persoalan Kumuh merupakan persoalan yang kompleks dan multi dimensi, sehingga penanganannya pun tidak hanya setengah-setengah, maka itu diperlukan adanya Kolaborasi dari multi sector, dan hal baik ini disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Belu dalam Audiens Bersama PemDa Belu dalam hal ini Bupati, OPD terkait, PDAM, Kepala Balai PPW Propinsi NTT beserta Satker terkait, dan Program KOTAKU.
Hasil Audiens bersama, Pemda menyambut baik apa yang disampaikan Kepala balai PPW Propinsi NTT dan Juga dari Program KOTAKU. Dari hasil audiens tersebut maka langsung diadakan kunjungan lapangan yang rencananya akan merelokasi kantor Dinas PU ke lokasi yang lain. Memang tampil beda juga butuh pengorbanan dan Kemauan ingin berubah itu selalu ada, begitu pun dengan Program Kotaku pada Kabupaten Belu. Keinginan untuk berubah begitu besar, sehingga segala macam cara akan ditempuh untuk penanganan Kumuh. Dari hasil audiens begitu besar keinginan Pemda Kabupaten Belu untuk merubah wajah kota. Segala macam daya tawar menghasilkan nilai jual kolaborasi yang cukup berani untuk membuat gebrakan baru dalam merubah wajah kota menjadi Ruang Terbuka Hijau yang menambah icon Kota Atambua, selain Kabupaten Belu sebagai Kabupten Perbatasan Wilayah Indonesia dengan Negara Timor Leste.
Apapun permasalahan yang diharapkan tidak mampu untuk dilaksanakan, maka kolaborasi adalah solusi yang harus dilakukan. Meskipun kolaborasi dalam program KOTAKU belum mencerminkan kolaborasi yang sesungguhnya. bahwa kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang berkesinambungan. Bagaimana mau berinteraksi, duduk bersama mengagas perencanaan pembangunan saja tidak pernah terjadi. Dan gilirannya kita melakukan pengumpulan data kegiatan yang beririsan dengan program KOTAKU. Itupun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Inilah kolaborasi minimalis dalam program KOTAKU. Minimalis saja sulit, apalagi kolaborasi yang maksimal, yang sejak awal perencanaan program dilibatkan. Tapi itulah tantangan yang harus kita lakukan.
Mengedepankan sinergi dan kolaborasi sebagai sesuatu baru dalam pembangunan tampaknya tidak bisa ditawar lagi. Hal ini penting dilakukan karena selama ini pembangunan dilakukan secara sektoral dan parsial. Implikasinya adalah pembangunan tak berjalan secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, mendahulukan kolaborasi ketimbang kompetisi dari ragam program yang ada harus dioptimalkan dan dimaksimalkan. Jika tidak, pembangunan untuk mengurangi luasan kumuh menjadi 0% atau penurunan MBR di tahun 2019 tidak akan terealisasi.
Ayooo semangat,,, bersama kita tuntaskan kumuh diwilayah kita. Dengan berKolaborasi kita dapat tampil beda dari yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa.  
"Sulit itu sudah biasa, tapi keluar dari kesulitan itu yang luar biasa.Tampil beda butuh daya juang dan berani buat sesuatu yang baru"

“SALAM KOLABORASI”




Johana Assan Boro
Koordinator kota Pulau Timor dan Pulau Sumba