25 November 2019

Budayakan LISA Di Lingkungan Sekitar

   Tantangan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman layak huni tidak hanya dihadapi di Indonesia, namun juga di negara lain di dunia. Oleh karena itu Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan setiap Senin pertama di Bulan Oktober sebagai Hari Habitat Dunia (HHD), sedangkan Hari Kota Dunia ( HKD ) diperingati setiap tanggal 31 Oktober. Tujuannya untuk mendorong komunitas internasional mulai mengangkat isu-isu perkotaan. Selain itu, HKD juga bertujuan untuk mendorong kerjasama antarnegara untuk mendukung pembangunan perkotaan berkelanjutan. 
Team Leader Kotaku OSP 5 NTT, Stely L.K Paulus di sela kegiatan mengajak masyarakat untuk Budayakan " LISA " yaitu Lihat Sampah, Angkat dan buang ke tempat sampah, hal ini dimaksudkan agar sampah tidak berserakan yang membuat lingkungan terlihat kumuh. " Sebaik apapun infrastruktur yang dibangun jika sampah berserakan maka secara visual tetap terlihat kumuh, tegasnya. Harapannya masyarakat mau peduli terhadap sampah yang berserakan di hunian dan lingkungan sekitarnya agar tercipta  hunian yang layak huni.
Sementara itu Perwakilan Balai Prasarana Pemukiman Wilayah NTT, Luan Tahun mengatakan           
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Yerri Padji Kana yang turut hadir dalam kegiatan ini juga menyampaikan terimakasih atas dukungan Kotaku dalam mendukung Pemerintah Kota Kupang perangi kumuh yang menjadi persoalan sosial saat ini, dimana isu ini ada seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kota. Penanganan  kumuh di Kota menurutnya ada tiga elemen penting yaitu Masyarakat, Pemerintah dan Pihak Swasta, sehingga perlu ada kolaborasi dan sinergitas dalam program. Namun yang terpenting adalah komitmen perangi
sampah agar kota bebas kumuh dan layak huni, tegasnya.Hari Habitat Dunia tahun 2019 di Indonesia mengangkat thema “ Generasi Masa Depan, Generasi Peduli Sampah “ yang merupakan ajakan bagi generasi muda sebagai penerus bangsa  agar peka terhadap lingkungan sekitar. Aksi peduli sampah dari masing-masing individu ini sangatlah penting yang nantinya akan mendorong kesadaran ramah lingkungan sebagai bagian dari budaya Indonesia. Kesadaran ini pun diharapkan dapat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dimana isu sampah menjadi salah satu masalah perkotaan yang merupakan isu global yang tidak saja terjadi di Indonesia tapi seluruh dunia.
Selain aksi bersih-bersih, Balai Prasarana Pemukiman Wilayah NTT juga menurunkan tiga tangki air bersih bagi warga di RT 24, 25 dan 26, aksi ini juga ditutup dengan Deklarasi bersama sebagai komitmen masyarakat setempat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan budayakan LISA.
Memperingati HHD dan HKD tahun ini, Balai Pemukiman Wilayah NTT bersama Satker pelaksana I dan 2, serta Program Kota Tanpa Kumuh ( Kotaku ) bersama lurah, BKM, karang taruna dan masyarakat melaksanakan kegiatan bersih-bersih di RT 25 Kelurahan Naikoten 1, Kecamatan Kota raja yang masuk dalam RT Delinasi SK Kumuh Wali Kota Kupang.
masalah kebersihan adalah masalah perilaku dan kebiasaan. Kebersihan harus datang dari diri sendiri, jangan selalu berharap semua akan diselesaikan oleh pemerintah tapi mari dimulai dari diri sendiri misalnya membuang sampah pada tempatnya dan semua dimulai dari keluarga, katanya.






Kristina J Tehang
Sub Proff Communication OSP 5 NTT